Kehadiran ponsel pintar
dan berbagai aplikasinya serta kemudahan akses internet membawa banyak
perubahan dalam masyarakat. Dulu saat saya kecil, televisi menjadi media untuk
mendapatkan hiburan semisal film kartun. Kini di rumah saya, kegiatan menonton bukan
dari televisi lagi melainkan dari ponsel pintar.
Untuk memahami perubahan
perilaku masyarakat, para marketer
menggunakan teori generasi XYZ. Di dalam makalah Beyond Z: Meet Generation Alpha yang ditulis nalis sosial-cum-demograf,
Mark McCrindle, setelah generasi Z yang lahir pada pertengahan tahun 1990-an
hingga pertengahan tahun 2000-an akan muncul Generasi A alias Generasi
Alfa.
Tahun kelahiran generasi
A dimulai dari 2010. Generasi Alfa merupakan anak dari generasi Y atau
Millenial Generation (kelahiran 1977-1994). Menurut McCrindle, generasi Alfa
merupakan generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta
Generasi Alfa lahir setiap minggu hingga berjumlah sekitar 2 miliar pada 2025.
Sejumlah penelitian
dilakukan untuk mengetahui preferensi gaya hidup, politik, dan ekonomi generasi
ini kelak. Gunanya untuk menerka bagaimana perputaran dunia di masa mereka.
Sejumlah ciri generasi A
disusun sebagai berikut
- ·
Menghabiskan sekitar 18 juta dolar per tahun
hanya untuk konsumsi mainan, pakaian, dan tetek-bengek teknologi baru yang cuma
ada di zaman ini.
- ·
Generasi yang paling terdidik daripada
Generasi Z
- ·
Terbiasa mengakses informasi via internet.
- ·
Piawai menggunakan touchscreen untuk mengakses program Android yang banyak tersedia
secara bebas.
- ·
Akrab dengan teknologi
- ·
Jarak semakin tidak berarti bagi Generasi
A, ruang dan waktu seolah tanpa batas.
- ·
Pergaulan tidak lagi ditentukan dari
faktor lokasi.
- ·
Menjadi generasi paling sejahtera.
Saya yakin, sebagian ciri tersebut sudah terlihat pada anak-anak kita. Fenomena perilaku generasi alfa tersebut menjadi tantangan bagi orang tua zaman now. Anak hidup dalam arus deras informasi. Mereka bisa hanyut jika tidak didampingi.
Bandingkan saja dari segi tontonan. Kita yang tumbuh hanya dengan tontonan stasiun TVRI di era 1980-an dan 1990-an masih menonton pada jam yang sangat terbatas. Bandingkan dengan anak saat ini yang bisa menonton minimal 15 saluran televisi nasional serta stasiun televisi lokal.
Apabila anak mudah
menggunakan internet dan disediakan gawai, mereka bisa menjelajah ke berbagai
dunia melalui media sosial semisal Youtube. Anak melihat konten medsos yang
belum tentu tepat bagi usianya dari seluruh dunia. Alasan orang tua yang
membekali anaknya dengan gawai agar anak tidak gagap teknologi malah menjadi user only. Bukannya penguasa teknologi,
melainkan dikuasai teknologi informasi.
Apakah kita sebagai
orang tua siap menghadapi anak yang seringkali lebih mahir menggunakan
aplikasi?
Mampukah kita sebagai
orang tua berkomunikasi dengan anak semantara ia lebih banyak berkomunikasi
melalui gawai dengan siapa saja?
Bisakah kita sebagai
orang tua sabar menghadapi anak yang seringkali lebih asyik dengan gawainya?
Fenomena anak yang asyik sendiri dengan dunianya dalam gawai terkoneksi internet makin sering kita
temukan. Orang harus tua tegas mengambil keputusan sejak dini, ingin menjadi keluarga
yang dikendalikan oleh teknologi informasi atau pengendali teknologi informasi.
Buat aturan tegas terkait penggunaan gawai. Misalnya gawai harus nonaktif mulai pukul 18.00 kecuali untuk urusan yang sangat penting. Orang tua menerapkan terlebih dahulu secara konsisten agar diikuti anak-anak.
Kebiasaan baik selalu dimulai dari orang tua. Anak akan meniru dengan sendirinya. Makin muda usia anak, makin cepat dan mudah membentuk perilakunya. Jangan nanti-nanti sehingga butuh waktu lebih lama untuk menerapkan kebiasaan baik pada anak.
Sumber gambar
goodmorningamerica.com, yellow-communications.com
Adik pun termasuk generasi Alpha ini, bisa dibilang tiap hari pegang gadget. Apalagi sekarang SFH, akhirnya orang tua juga dituntut untuk paham dunia saat ini, supaya komunikasi dan pola pendidikannya sinkron sama zaman dan kebutuhan.
BalasHapus