Orang tua sepatutnya
mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Namun tanpa sadar orang
tua sering melakukan kekerasan terhadap anaknya. Kekerasan mengancam kehidupan anak sehingga memengaruhi tumbuh kembangnya.
Sebagian
orang tua hanya memahami kekerasan secara fisik saja. Padahal menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan
fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan
atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan,
atau perampasan hak.
Terry E. Lawson, seorang
psikolog dan penulis buku Parenting :
What We Need to Know to Make a Difference membagi kekerasan terhadap anak menjadi
beberapa jenis
1. Physical Abuse (kekerasan fisik)
·
Terjadi ketika orang tua atau pengasuh
memukul/menjewer/mencubit dan melakukan perbuatan yang menyakitkan fisik
lainnya.
·
Seringkali dilakukan untuk mengondisikan
anak sesuai keinginan orang tua atau saat anak ingin sesuatu.
·
Anak dapat mengingat kekerasan fisik yang
dilakukan terhadapnya.
·
Penelitian University of Wisconsin menemukan
bahwa anak yang mengalami kekerasan fisik memiliki amigdala dan hippocampus
yang lebih kecil pada usia 12 tahun daripada anak-anak tanpa riwayat stres.
Mereka yang memiliki amigdala dan hippocampus terkecil juga memiliki masalah
perilaku seperti berkelahi atau bolos sekolah.
·
Amygdala terlibat dalam pengaturan emosi,
pengambilan keputusan juga wilayah penting untuk mengatur perilaku agresif.
Hippocampus juga terlibat dalam pemrosesan emosi, juga penting untuk pembentukan
ingatan. Hippocampus yang lebih kecil pada anak-anak yang mengalami pelecehan
bisa menghadirkan rintangan untuk belajar dan menghambat pembelajaran di
sekolah.
2. Sexual Abuse (kekerasan seksual)
·
Terjadi apabila seseorang melibatkan,
membujuk, atau memaksa anak dalam kegiatan seksual, termasuk mendorong anak
berperilaku seksual yang tidak pantas.
·
Kekerasan dapat terjadi secara langsung
terhadap kemaluan dan anggota tubuh anak dengan atau tanpa pakaian.
·
Kekerasan sesksual juga termasuk paparan
aktivitas seksual, pembuatan film, dan
prostitusi.
·
Studi neuroimaging membuktikan kekerasan seksual
masa kanak-kanak memengaruhi perkembangan otak, menyebabkan perbedaan anatomi
otak dan fungsi yang berdampak pada kesehatan mental yang negatif seumur hidup.(1)
·
Kekerasan seksual di masa kanak-kanak terkait
dengan banyak konsekuensi psikologis jangka panjang, termasuk bunuh diri,
gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi, attention-deficit
/ hyperactivity disorder,
gangguan perilaku (conduct disorder),
intergenerational effects,
ketidakstabilan afektif dan penyalahgunaan narkotika.(2)
3. Emotional Abuse (kekerasan emosional)
·
Terjadi ketika orang tua atau pengasuh
mengabaikan anak setelah mengetahui ia meminta perhatian.
·
Misalnya anak dibiarkan lapar karena
orang tua terlalu sibuk dan tak mau diganggu. Kebutuhan anak untuk dipeluk dan
dilindungi terabaikan.
·
Anak dapat mengingat semua kekerasan
emosional itu sepanjang hidupnya tanpa ia sadari.
·
Efek dari pelecehan emosional lebih
jarang dipikirkan, tetapi tidak kurang merugikan kesehatan fisik dan mental
anak.
·
Anak-anak - dan orang dewasa - yang telah
mengalami pengabaian emosional dapat merasa sulit untuk membentuk hubungan yang
sehat. Mereka menjadi terlalu bergantung atau bergantung pada satu orang, atau
terisolasi secara sosial di kemudian hari.
·
Anak-anak yang mengalami tekanan
emosional sejak usia muda memiliki masalah dengan emosi dan ingatan.(3)
4. Verbal Abuse (kekerasan verbal)
·
Terjadi ketika orang tua atau pengasuh
berkata kasar dan menyakitkan.
·
Misalnya menyuruh anak diam atau tidak
menangis setelah mengetahui ia meminta perhatian.
·
Saat anak mulai bicara untuk
mengungkapkan perasaannya, orang tua terus memarahinya.
·
Percobaan Kurt Gray dan Daniel Wegner
menemukan bahwa kata-kata yang diucapkan dengan maksud jahat, untuk menyakiti
atau meremehkan, memberikan lebih banyak rasa sakit daripada yang dikatakan tanpa
pemikiran sebelumnya atau niat yang sebenarnya. (4)
·
Apabila ibu penuh kasih sayang sedangkan ayah
pelaku kekerasan verbal yang kejam, kebaikan ibu tidak akan mengurangi
kerusakan yang dilakukan Ayah sedikitpun. (5)
·
Penelitian dengan cara pemindaian MRI
pada sejumlah partisipan menunjukkan rasa sakit emosional dan fisik sangat
mirip.(6)
Itulah 4 kekerasan yang
berpotensi dilakukan orang tua atau orang-orang di sekitar anak. Semoga kita
menjadi lebih sadar bahwa kekerasan bukan soal fisik semata.
Rujukan
(1). Child Abuse Review Volume27, Issue 3
May/June 2018 Pages 198-208) https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/car.2514
(2). The Journal of
Clinical Psychiatry 69: 584–596
(3). https://nypost.com/2017/11/02/brain-scans-reveal-how-badly-emotional-abuse-damages-kids/
(4). Gray, Kurt and
Daniel M. Wegner, “The Sting of Intentional Pain,” Psychological Science
(2008), vol. 19, number 12, 1260-1262.
(5). https://www.psychologytoday.com/us/blog/tech-support/201602/5-things-everyone-must-understand-about-verbal-abuse.
(6). Kross, Ethan, Marc
G. Berman et al. “Social rejection
shares somatosensory representations with physical pain” (2011) PNAS, vol, 108,
no.5, 6270-6275
Sumber foto: Freepik.com
Kalau no 1 dan 2 sih insyaAllah tidak. Khawatir jika tak sengaja melakukan yang ke-3 dan 4. Ajang introspeksi banget nih
BalasHapus