Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Awalnya si kecil membawa ponsel pintar saya ke taman di depan rumah. Di sana ada teman-temannya. Usia mereka 8 – 12 tahun. Sebagian sudah punya ponsel sendiri. Sepulang dari taman ada miscalled . Sejak itu mulailah berdatangan chat dari teman-teman si kecil. Bahkan mereka membuat grup whatsapp. Ukhti Penghuni Surga namanya . Masya Allah... 😃 Saya memperbolehkan si kecil membalas chat teman-temannya. Saya pilih membimbing bukan melarang. Lebih baik si kecil belajar dari saya daripada diajari orang lain yang belum tentu tepat. Namun saya selalu mengingatkan si kecil, chat-nya 5-10 menit saja atau saya pasang alarm sebagai tanda untuk berhenti. Seringkali saat si kecil chating , saya pantau Whatsapp web . Dia tahu karena kami duduk berdekatan. Dia di sofa, saya menghadap laptop di depannya. Sesekali dia melihat layar laptop apabila saya tersenyum karena membaca chat-nya. Seringkali saya menganggap chat dia dan teman-temannya nggak penting. Misalnya janjian main jam berapa at