Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m...
Gelang
dan film terlihat sebagai dua hal yang berbeda. Namun gelang dan film
dapat menyimpan harapan juga kekuatan yang sama, sebab gelang itu adalah Gelang Harapan
dan I Am Hope The Movie yang didukung Uplek.com
Mimpi Mia dalam I Am Hope
Mia
sangat menyukai teater. Sang ibu yang pernah menekuni dunia teater memengaruhi Mia untuk mencintai seni peran itu. Ibu Mia menghembuskan napas terakhir di
usia muda akibat kanker. Berbagai pengobatan dan
biaya besar yang sudah dikeluarkan, tak mampu memperpanjang usia sang ibu. Sejak
kecil, Mia sudah berstatus sebagai anak piatu.
Mia melanjutkan hidup bersama Raja, ayahnya. Luka di hati akibat kematian sang ibu pelan-pelan sembuh, meskipun menyisakan ketakutan tersendiri terhadap kanker. Mia terus menulis naskah teater untuk dipentaskan. Trauma meninggalnya
sang ibu dapat diatasi Mia karena ia punya sahabat setia bernama Maia, sahabat yang hanya bisa berbicara dan dilihat oleh Mia seorang. Berbagai
tantangan berhasil dihadapi Mia, sedikit banyak karena peran Maia.
Kenyataan
pahit harus Mia terima. Saat tepat berusia 23 tahun, ia divonis mengidap kanker
paru-paru. Mia sempat frustasi dan marah, namun Maia menguatkannya. Setelah
berhasil menerima fakta ada kanker di tubuhnya, Mia fokus mewujudkan
mimpinya. Ia terus menyelesaikan naskah dramanya sembari menjalani kemoterapi.
Usaha
Mia membuahkan hasil. Peluang pementasan teater dari naskahnya terbuka lebar berkat
bantuan seorang aktor bernama David. David meneruskan naskah Mia kepada seorang sutradara. Pementasan teaternya bukan sekadar mimpi lagi. Hubungan
yang tidak biasa terjalin antara David dan Mia. Ayah Mia sempat tidak setuju melihat
kedekatan Mia dan David. David seolah memberikan harapan palsu pada Mia yang
mengidap kanker. Kenangan-kenangan pahit sang istri yang mengidap kanker hadir kembali di benak Raja. Ayah Mia itu sangat takut kehilangan sang anak, seperti dulu ia
kehilangan istri tercinta. Mia sendiri percaya, mimpi dan harapannya akan mampu
melawan kanker, meskipun tubuhnya mulai melemah.
Itulah sepenggal kisah Mia dalam film I Am Hope. Tatjana Saphira berperan sebagai Mia, sedangkan sang ayah, Raya diperankan oleh Tio Pakusadewo. Alessandra Usman menjadi Maia, Fachry Albar sebagai David. Selain mereka beberapa aktor dan aktris lainnya seperti Ariyo Wahab, Fauzi Baadilah, Feby Febiola, Ine Febriyanti, Kenes Andari, dan Ray Sahetapy turut membintangi film produksi Alkimia Production ini
I Am Hope Terinspirasi dari Gelang Harapan
Penyebab
kanker sampai hari ini belum diketahui penyebab utamanya. Berbagai faktor dapat
menjadi pencetus kanker. Mulai dari faktor genetik, keturunan, lingkungan,
makanan dan minuman berbahan kimia, virus, infeksi, radikal bebas, perilaku
hidup tidak sehat, sampai faktor kejiwaan. Dalam film I Am Hope, secara tersirat
mengungkapkan bahwa genetika dan keturunan menjadi penyebab kanker di
tubuh Mia.
Film
I Am Hope menyuguhkan adegan-adegan yang menyentuh tentang keseharian pengidap
kanker dan keluarganya. Bagaimana Mia terguncang saat mengetahui ada kanker di tubuhnya, proses penerimaan diri sebagai cancer survivor, perjuangan Mia mewujudkan mimpi di sela-sela
kemoterapi, sosok Raja yang frustasi dan depresi karena istri dan anaknya harus
berjuang melawan kanker, serta cinta tanpa batas. Di film I Am Hope kita dapat melihat, kanker bukan hanya melemahkan penderitanya. Keluarga pengidap kanker juga ikut sakit, terlebih jika masalah finansial menyeruak.
Gambaran
hidup dengan kanker seperti yang dialami Mia dan Raja merupakan satu dari
sekian banyak kehidupan keluarga-keluarga pengidap kanker. Wulan Guritno, Amanda Soekasah dan Janna
Soekasah-Joesoef, selaku produser film I Am Hope telah melihat sendiri
kehidupan yang pelik dengan kanker itu. Mereka kemudian membuat aksi Gelang
Harapan (Brackelet of Hope). Gelang
dibuat dari kain jumputan pelangi Ghea Panggabean pada 2014. Awalnya hanya 25
gelang saja yang dibuat. Aksi gelang harapan mendapat sambutan baik dan semakin meluas. Kini, gelang
harapan telah terjual sebanyak 20.000 pieces. Gelang dijual dengan harga
Rp100.000. Hasil penjualannya diperuntukkan bagi yayasan kanker di seluruh
Indonesia dan sejumlah penngidap kanker dan keluarganya.
Aksi
gelang harapan berlanjut menjadi ide pembuatan film. Melalui film kehidupan
keluarga dan penderita kanker dapat tervisualisasikan lebih jelas. Kampanye kanker
dapat semakin gencar. Film I Am Hope menjadi pengingat bagi orang-orang sehat agar mensyukuri hidupnya sekaligus peduli pada penderita kanker. Film yang disutradarai oleh Adilla
Dimitri, suami Wulan Guritno ini tayang
serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 18 Februari 2016.
Kekuatan Gelang Harapan I Am Hope
Gelang
harapan mungkin hanya sekadar aksesoris saja bagi orang yang tidak peduli. Namun
bagi penderita kanker, satu gelang menyimpan kekuatan sendiri.
Penelitian
terkini dikemukan oleh Andrew Goliszek Ph.D di psychologytoday.com. Menurut profesor di yang mengkaji soal
bagaimana pikiran dapat menyembuhkan tubuh di North Carolina A&T State
University itu, emosi negarif seperti depresi, marah, permusuhan cenderung
menyebabkan penyakit pada tubuh. Sedangkan sikap positif seperti harapan,
optimisme, dan kebahagiaan dapat memperkuat sistem kekebalan dan daya tahan tubuh
kita.
Lebih
lanjut, Andrew menjelaskan tipe kepribadian yang rentan dan tahan terhadap
kanker. Orang yang rentan mengidap kanker adalah mereka yang:
- terus menekan emosi positif dan negatif
- memperlihatkan kemarahan, dendam, dan permusuhan
- mengambil kewajiban dan tanggung jawab ekstra sehingga mereka stres
- Kurang bisa mengikuti atau beradaptasi dengan perubahan hidup
- Sering pesimis
- Mudah putus asa
- Sering khawatir berlebihan terhadap orang lain
- Merasa butuh penerimaan dari orang lain
Tipe
kepribadian yang tahan terhadap kanker adalah mereka yang
- menyalurkan emosi dengan cara yang baik dan benar
- mengendalikan kemarahan dan mencari cara untuk menghentikannya
- tahu kapan harus mengatakan “tidak”
- dapat menanggulangi stres serat mengendalikan perasaan
- optimis dan penuh harapan
- tidak mudah depresi
- bersosialisasi dan berteman dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.
- tidak mudah khawatir
- butuh penerimaan dari orang lain namun tidak berambisi ingin selalu dianggap penting.
Adanya
gelang harapan dan orang-orang yang peduli dengan penderita kanker dapat
menumbuhkan sikap-sikap dan perilaku yang membentuk kepribadian tahan terhadap
kanker. Penderita kanker dapat menyalurkan emosinya, menyelesaikan
masalah-masalahnya dan belajar mengelola rasa depresi dan stress perasaan.
Sikap dan perilaku ini akan meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh
sehingga menunjang pengobatan kanker yang dilakukannya. Gelang adalah simbol
bahwa penderita kaker dan keluarganya tidak sendirian menghadapi cobaan dari
yang kuasa itu. Semakin banyak orang yang berpartisipasi dalam aksi gelang
harapan, semakin banyak pula penderita kanker dan keluarganya yang dapat
tersentuh.
Maka
dari itu, saya berharap akhir film I Am Hope dapat menyentuh penonton dan
memberikan semangat bagi penderita kanker dan keluarganya. Mia berhasil
mewujudkan mimpinya. Ia dan keluarganya menonton pertunjukan teater yang
berhasil memukau banyak orang. Mia dapat bertahan untuk beberapa lama dan
menikah dengan David. Tuhan menganugerahkan mereka bayi mungil, namun kondisi
Mia terus memburuk. Raja, Ayah Mia dan David akhirnya belajar ikhlas jika Mia
harus segera menghadap-Nya. Mia meninggal dunia dalam damai dengan meninggalkan
bayi mungil sebagai tanda perjuangan dan harapannya. Semoga ending ini, entah
sebagian atau utuh menjadi penutup film I Am Hope. Mari saksikan film I Am Hope yang tayang di bioskop mulai 18 Februari 2016
Rujukan
Goliszek, Andrew. (2014). Is There Cancer Prone Personality? 12 November 2014. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/blog/how-the-mind-heals-the-body/201411/is-there-cancer-prone-personality pada 4 Februari 2016.
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Sumber foto: Twitter, Instagram, liputan6.com, tempo.co
Goliszek, Andrew. (2014). Is There Cancer Prone Personality? 12 November 2014. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/blog/how-the-mind-heals-the-body/201411/is-there-cancer-prone-personality pada 4 Februari 2016.
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Sumber foto: Twitter, Instagram, liputan6.com, tempo.co
Bagus nih filmnya ya, jadi penasaran deh
BalasHapusAyo nonton, Yuk
Hapushm.. menarik bgt bacanya terutama tentang karakter kepribadian yg digambarkan dgn apel. ternyata kepribadian yg negatif cenderung rentan kanker ya..
BalasHapusIya, Lina. Secara logika sangat masuk akal
Hapus