Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m...
Kenangan dalam Makanan
Ada kisah sedih dibalik keputusan seorang gadis dalam menekuni profesi pattisiere, pembuat makanan manis, seperti cake. Saat si gadis masih kecil, ia tinggal bersama neneknya. Sang ibu sibuk bekerja, Ayah entah di mana. Mereka hanya bertemu di akhir pekan saja. Suatu hari sang ibu membuatkannya roti. Si gadis senang sekali. Kehangatan dan kelembutan roti, serta wanginya sama dengan wujud kasih sayang ibu yang dirindukannya. Namun roti tersebut menjadi makanan terakhir dari ibu. Setelahnya, sang ibu meninggalkannya, pergi entah ke mana.Kisah sang gadis merupakan salah satu kisah dalam novel grafis Kitchen seri pertama. JO Joo-Hee sang penulis sekaligus ilustrator memberi judul Kehangatan Tubuh untuk kisah 8 halaman itu. Kisah Kehangatan Tubuh ditempatkan pada halaman 77 dan menjadi kisah ke-8 dari total 16 kisah yang tersaji dalam novel grafis penuh warna. Semua kisah berlatar Korea Selatan dan mengambil tema seputar makanan; kisah-kisah di balik penyajian atau prosesi menikmati makanan.
Selain kisah si gadis pattisiere, ada juga kisah 4 sahabat yang berbeda sifat namun makanan berhasil menyatukan mereka (hal 8); kisah sepasang kekasih yang mengakhiri hubungan mereka dengan makan bersama (hal 56); kisah ketidakberdayaan menantu memasak rajungan di depan mertuanya (hal 67) serta berbagai kisah suka, duka, dan mengharu biru dan merah jambu di balik makanan dan dunia masak-memasak.
Kemasan Isi
Setiap kisah bertutur dengan sudut pandang penceritaan orang pertama. Tokoh yang bercerita berganti-ganti. Mulai dari siswa SMA, mahasiswa, lelaki dan perempuan lajang, seorang istri maupun suami. Kisah-kisah itu digambar dalam 3-5 panel di setiap halamannya. Uniknya, pada sebagian besar kisah, JO Joo-Hee tidak mencantumkan nama-nama tokohnya. Kisah mengalir begitu saja dengan sudut pandang aku dan panggilan kamu, istriku, suamiku atau sapaan kekerabatan lainnya.Kisah-kisah Kitchen ditutup dengan satu halaman epilog kisah singkat. Epilog tersebut merupakan pengalaman JO Joo-Hee terkait kisah yang ditulis dan digambarnya. Ilustrasi epilog lebih sederhana dan termuat dalam panel-panel yang lebih kecil, maksimal 12 panel. Dari kisah epilog kita dapat mengetahui latar belakang atau asal muasal kisah yang divisualisasikan JO Joo-Hee.
Jika membaca sepintas buku ini, sebagian besar pembaca akan menyamakan Kitchen dengan komik. Namun perlu diingat, komik cenderung menyasar anak-anak dan remaja. Kitchen memuat lika-liku kehidupan pasangan kekasih, suami-istri, keluarga dan peliknya dunia orang dewasa. Sasaran pembaca dan tema dewasa inilah yang mungkin melatarbelakangi penyematan label novel grafis di bagian belakang buku.
Budaya Kuliner Korea
Beberapa
masakan dituturkan dengan nama umum seperti tiram bakar, sup kepiting, asinan
cabai. Nama masakan ala Jepang pun sempat tercantum dalam beberapa kisah,
misalnya shusi dan shabu-shabu. Namun beberapa masakan Korea yang masih asing di
telinga pembaca juga tersaji. Donkkase, dwaenjang jjigae, yukgaejang, adalah tiga
diantara masakan yang masih asing itu. Bagusnya, kisah yang tersimpan dibalik
masakan itu dituturkan juga cara pembuatannya, sehingga pembaca bisa
membayangkan rupa bentuk masakan.
Para
penikmat K-Pop atau budaya pop Korea bisa menikmati aneka kisah dalam novel
grafis ini dengan mudah. Untuk pembaca yang belum akrab dengan K-Pop, mungkin
perlu sesekali mencari informasi referensi budaya Korea melalui internet. Meskipun
berlatar budaya Korea, kisah-kisah dalam novel grafis Kitchen dapat terjadi
pada semua orang di berbagai budaya. Nikmati saja dan pastikan perut kenyang
sebelum membacanya.
Judul : Kitchen; Tempat Semua Kisah Lezat Dimulai #1
Penulis : JO Joo-Hee
Penerbit : Nourabooks
Cetakan : Februari, 2015
Tebal : 158 hlm
ISBN : 978-602-1306-05-5
Komentar
Posting Komentar