Berawal dari keisengan
mengganti sabun mandi, kulit saya menjadi iritasi. Timbul ruam kulit di sekitar
dada. Iseng-iseng berbuah pahit ini namanya.
Mengganti Sabun
Keluarga saya
menggunakan sabun kesehatan berbentuk cair dan batangan. Istri dan anak
menggunakan sabun cair, saya lebih suka sabun batangan. Alasannya sederhana,
sejak kecil saya menggunakan sabun batangan.
Suatu hari saya
mengganti merek sabun mandi batangan. Sabun aroma buah-buahan, lemon dan apel.
Saya membelinya di satu lokapasar (market
place), sekalian membeli kebutuhan bulanan. Harganya murah. Sekitar Rp2,000
per satu batang, masih ada kembalian.
Tanpa saya minta, si
kecil membuka bungkus kedua sabun itu sekaligus. Jadilah dua sabun berwarna
kuning kulit lemon dan daging apel menghias wadah sabun mandi. Saya pikir tidak
apa. Bisa gonta-ganti menggunakannya. Sekalian menikmati aroma buah-buahan yang
berbeda.
Sabun
Menimbulkan Iritasi
Beberapa hari setelah
pemakaian sabun baru itu, saya merasakan gatal-gatal di area dada, di bawah
puting kanan dan kiri. Saya raba, kok kulit terasa kasar. Saya melihat pantulan
bayangan saya di cermin. Terlihat ruam kulit seperti keringat malam pada bayi.
“Ini apa, ya?” tanya saya pada istri yang berprofesi sebagai perawat.
“Kayak keringat malam.
Coba pakai salep di kotak meja rias aja,” saran istri saya.
Saya mengoleskan salep
tipis-tipis usai mandi pagi dan sore. Agak berkurang gatalnya. Namun ruam
terlihat melebar. Mulai dari area di bawah puting kanan dan kiri ke tengah,
lalu seolah turun ke bawah menuju pusar.
“Coba pakai bedak C
juga. Bedak itu ada zat untuk mengurangi iritasi,” saran istri saya lagi. Bedak
memang mujarab untuk masalah kulitnya. Apabila kulitnya iritasi akibat garukan
yang terlalu keras, cukup dibedakin saja.
Saya mencoba menggunakan
bedak juga selain salep. Paling tidak bisa membuat kulit tetap kering. Namun
saya tetap menanggung rasa gatal yang bikin tangan ingin menggaruk. Permukaan
kulit pun terlihat semakin merah.
Setelah timbulnya ruam
itu, saya belum menyadari penggantian sabun sebagai penyebabnya. Ketika mandi
dan melihat tumpukan sabun di wadahnya, barulah saya pun berpikir,
jangan-jangan sabun inilah penyebabnya. Perbedaan perilaku saya sebelum dan
sesudah timbulnya ruam adalah penggantian sabun itu. Maka saya menyimpulkan,
sabunlah biang keladinya.
Ganti Sabun Lagi
Sepertinya
harus ganti sabun ini, pikir saya.
Saya teringat satu merek
sabun yang pernah diinformasikan teman. Namanya Sabun SEBU. Saat
tahu tentang sabun itu bulan lalu, saya tidak begitu tertarik. Harganya mahal.
Bayangkan saja, satu sabun SEBU harganya setara dengan 2 lusin sabun batangan
yang sering saya pakai.
Bisa dimaklumi harga
yang relatif mahal itu. Sebagian besar komposisi Sabun SEBU bahan-bahan alami. Madu, ekstrak lemon, minyak zaitun, virgin coconut oil, minyak sawit, dan lainnya. Berbeda dengan
sabun-sabun biasa, Sabun SEBU tidak menggunakan pewarna, pewangi,
apalagi pengawet. Tidak ada zat-zat yang dapat membahayakan ibu hamil dan
menyusui seperti yang dipaparkan dalam Can Fam Physician (1).
Tiada penambahan Sodium
Lauryl Sulfate (SLS), senyawa surfaktan atau yang biasa disebut dengan
deterjen. SLS sebenarnya cukup aman digunakan, sebagaimana terungkap dalam
penelitian yang dipublikasikan pada Environ
Health Insights(2). SLS berfungsi sebagai deterjen penghasil
busa. Ada persepsi yang keliru dalam masyarakat kita (termasuk saya juga ini)
bahwa semakin banyak busa pada satu produk pembersih semakin bagus untuk
mengangkat kotoran. Padahal tidak ada hubungan antara banyaknya busa dengan
daya bersih.
Dikutip dari Republika
publikasi (5/2/2023)(3) Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia, Srie Prihianti, PhD, SpKK menjelaskan busa yang banyak mengangkat
sebagian lemak di permukaan kulit.
Padahal lemak pada permukaan kulit kita berfungsi sebagai pelindung,
mencegah gangguan kulit seperti iritasi, radang, dan alergi. Dokter Srie menyarankan agar
menghindari saja sabun yang memiliki kandungan SLS.
Saya sempat terpikir
untuk ke dokter kulit saja. Namun di masa pandemi Covid19 ini, konsultasi ke
rumah sakit berisiko. Konsultasi secara daring atau melalui aplikasi saya belum
pernah mencobanya. Kurang sreg juga.
Saya melakukan riset
daring terlebih dahulu. Membaca blog Sabun SEBU juga menyimak video product knowledge di kanal Sabun SEBU
Official. Penjelasan Miss Ayu Ashari (bukan Ayu Azhari yang artis itu, lho),
seorang beauty consultant, cukup memberikan informasi yang saya
butuhkan. Bismillah, saya putuskan saja mencoba Sabun SEBU Antiseptik.
Saya mencari Sabun SEBU di marketplace. Kisaran harganya Rp45.000. Apabila dibelikan sabun
biasa, bisa dapat dua lusin itu.
Saya cari harga termurah
dengan fitur filter. Ada toko yang menjual tester Sabun SEBU Antiseptik dan
Sabun SEBU Moist Glow. Hanya saja ukurannya 1/8 dari ukuran aslinya. Harganya
pun turun. Sabun SEBU Antiseptik jadi Rp4.000 sedangkan dan Sabun SEBU Moist Glow
hanya Rp8.000 (Dari harga Rp200.000). Penjual hanya memperbolehkan order 1
potong saja untuk tiap varian SEBU. Baiklah, saya order saja. Mudah-mudahan
bisa jadi solusi bagi permasalahan kulit saya.
Mencoba SEBU Antiseptik
Dua hari kemudian
pesanan Sabun SEBU datang. Pengen ngakak sambil salto lihat ukuran Sabun SEBU
tester itu. Beneran Sabun SEBU asli yang dipotong menjadi 1/8 bagian. Sabun
SEBU Antiseptiknya jadi sebesar uang logam Rp500. Sabun SEBU Moist Glow masih
terlihat besar karena bentuk hatinya dibelah dua sehingga berbentuk seperti
patahan hati. Bisa dipakai berapa hari, ya?
Sabun SEBU Moist Glow
saya gunakan di bagian wajah saja, sedangkan sabun SEBU Antiseptik di seluruh
badan. Berdasarkan informasi dari Miss Ayu, kedua sabun SEBU itu sebenarnya
bisa digunakan pada wajah dan anggota tubuh lainnya. Perbedaannya SEBU
Antiseptik untuk mengatasi masalah, sedangkan SEBU Moist Glow untuk perawatan
supaya glowing gitu dan pencegahan masalah kulit.
Saya tidak memiliki
masalah kulit di wajah. Hanya abses saja sesekali. Jerawat juga sudah jarang
muncul. Maka tepat jika saya gunakan Sabun SEBU Moist Glow di wajah saja.
Miss Ayu menyarankan
sabun digosok langsung ke area kulit. Bukan menggosokkan ke tangan sehingga
menjadi busa, kemudian busanya baru digosokkan seperti sabun biasa. Padahal
busa yang melimpah itu dari detergen. Bagi sebagian orang, detergen dapat
menimbulkan masalah kulit juga.
Saya menggosokkan SEBU
Antiseptik seukuran uang logam. Warnanya transparan kuning kecokelatan, mirip
madu. Mungkin pengaruh kandungan madu di dalamnya. Saya teringat khasiat madu
dalam Jurnal Sains Natural. Aktivitas antibakteri sabun madu dapat menyaingi
sabun dengan antibakteri sintetis triklosan (zat kimia anti bakteri)(4).
Hanya saja ukuran sabun yang kecil itu
bikin saya kesal. Sabunnya sering meleset dari telapak tangan. Risiko pakai
sabun tester.
Benar saja, Sabun SEBU
Moist Glow dan SEBU Antiseptik tidak menghasilkan busa melimpah, tetapi tetap
ada busa lembut yang muncul. Aromanya pun tidak menyengat, tetapi aroma ringan
khas bahan-bahan alami.
Miss Ayu menyarankan
cara memoles sabun diputar-putar membentuk lingkaran, bukan naik turun. Gerakan
memutar membuat bahan-bahan alami lebih efektif bekerja daripada gerakan naik
turun yang merenggangkan dan marapatkan pori-pori kulit. Polesan sabun juga
tidak langsung dibilas dengan air. Dibiarkan dulu beberapa saat. Jadi
nongkrong-nongkrong dulu aja di kamar mandi, menunggu bahan-bahan alami meresap
dan bekerja.
Bukti Khasiat Sabun SEBU
Setelah empat hari
pemakaian, Sabun Sebu Antiseptik tester sudah
sangat kecil. Sulit digosokkan ke badan lagi. Sementara itu, ukuran Sabun SEBU
Moist Glow masih cukup besar.
Alhamdulillah-nya ruam
di kulit saya mulai berkurang. Memang tidak langsung hilang serta menjadikan
kulit halus mulus. Namun sebaran ruam menyempit, tinggal kemerahan di bawah
puting saja. Rasa gatalnya pun berkurang. Berarti kulit saya cocok menggunakan
Sabun SEBU Antiseptik. Jadi pengen sujud syukur sambil salto.
Saya pesan lagi Sabun
SEBU Antiseptik. Kali ini ukuran asli dong. Di satu lokapasar saya menemukan
toko yang lokasinya dekat dengan rumah saya, sehingga bisa diantar dengan
layanan ojek daring. Dapat harga grosir juga apabila membeli dua atau lebih
Sabun SEBU Antiseptik. Dari harga Rp45.000 turun jadi Rp39.500 plus cashback
Rp10.000 dan belasan ribu koin. Saya pesan saja 4 batang Sabun SEBU Antiseptik
sekaligus.
Saya coba berhitung.
Seperdelapan Sabun SEBU Antiseptik bisa dipakai 4 hari. Berarti satu Sabun SEBU
Antiseptik bisa dipakai untuk 24 hari. Tidak sampai 1 bulan Sabun SEBU
Antiseptik sudah habis. Apabila istri dan anak saya menggunakan Sabun SEBU
Antiseptik, bisa menghabiskan 1 batang Sabun SEBU Antiseptik. Waduh!
Jiwa miss queen yang berontak saya redam
dengan mengingat manfaat yang didapatkan. Sabun SEBU Antiseptik dapat meredakan
sejumlah masalah kulit seperti jerawat, flek hitam, ruam popok, gatal gatal,
komedo, panu, kudis, dan kurap. Bonusnya, kulit tetap lembut dan lembab.
Di samping berbagai
manfaatnya, saya merasa Sabun SEBU Antiseptik ini terlalu kecil ukurannya.
Hanya 50 gram, sementara harganya relatif mahal. Selain itu, saat ini kita
hanya bisa mendapatkannya di reseller.
Belum tersedia di toko, minimarket, atau warung. Mungkin karena produk premium,
ya. Bakal merana tak tersentuh konsumen kalau cuma tergeletak di rak toko atau
warung. Hilang kesan premiumnya.
Sabun SEBU Membunuh COVID19
Blog Sabun Sebu juga
menyatakan Sabun SEBU Antiseptik mengandung povidone
iodine. Zak aktif yang terbukti dapat membinasakan pertumbuhan mikroba
berbahaya seperti kuman patogen, bakteri, dan beberapa virus seperti CORONA
VIRUS (Covid-19) seperti yang dipublikasikan oleh Republika pada (11/2/2020)(5).
Namun saya belum menemukan povidone iodine
tertulis pada kemasan Sabun SEBU Antiseptik.
Kenapa zat yang
berfaedah di masa pandemi COVID19 itu tidak tercantum, ya?
Saya coba kontak reseller, customer service Sabun SEBU.
Alhamdulillah dihubungkan dengan Miss Ayu juga Pak Fitra. Bahkan Miss Ayu
sendiri yang menelepon saya pada Rabu (25/11/2020). Miss Ayu dan Pak Fitra
bergantian bicara dengan saya. Dari keduanya saya mendapat penjelasan terkait
kandungan povidone iodine.
Povidone
iodine (C6H9I2NO) adalah
senyawa yang sering digunakan sebagai antiseptik. Dikutip dari Dental Journal (Desember, 2014)(6),
poviodone iodine memiliki sifat anti
bakteri utamanya melalui mekanisme dimana povidone
membawa senyawa iodine bebas masuk
menembus membran sel. Senyawa iodine
memiliki sifat yang sitotoksik sehingga mampu membunuh sel bakteri. Termasuk si
COVID19.
Sayangnya, menurut Pak
Fitra yang menangani produksi Sabun SEBU, secara administrasi Povidone Iodine
tidak bisa dimasukkan dalam produk kategori natural
soap. Maka dari itulah, meskipun Sabun SEBU mengandung Povidone Iodine,
tetapi tidak tercantum dalam kemasannya.
Kabar baiknya, tim riset
Sabun SEBU menemukan bahwa akar manis atau Licorice
mengandung bahan-bahan yang khasiatnya sama dengan Povidone Iodine. Licorice yang memiliki nama ilmiah Glycyrrhiza Glabra mengandung asam
glycyrrhizic (GLR) yang tengah diteliti secara intensif karena dapat mengatasi
COVID19 n sebagai antiseptik. Dikutip dari Dental
Journal (Desember, 2014)(7). Sejumlah ilmuwan sudah
merekomendasikan penggunaan Licorice ini.
Tim produksi Sabun SEBU
dalam waktu dekat akan mengumumkan produk Sabun SEBU yang juga terbuat dari licorice tersebut, selain mengganti nama
SEBU Antiseptik. Sabun Antiseptik pada umumnya tidak bisa digunakan terus
menerus karena dapat membunuh kuman baik pula. Padahal faktanya (seperti yang
sudah saya buktikan) sabun SEBU dapat digunakan secara terus menerus guna
mencegah berbagai penyakit. Penyakit akibat COVID19 satu di antaranya.
Saya juga sedang coba
meneruskan pemakaian sabun mandi SEBU meskipun ruamnya sudah jauh berkurang.
Sebab kulit saya rawan keloid. Luka bentol gigitan nyamuk atau jerawat dapat
berubah menjadi keloid. Beberapa keloid yang sudah ada juga saya rasakan
semakin membesar. Maka dari itu, saya berharap Sabun SEBU dapat mengecilkan
keloid yang sudah ada.
Di masa pandemi ini,
langkah pencegahan infeksi kuman mau tidak mau terus kita lakukan. Tentu saja
diiringi dengan doa kepada-Nya: Allāhumma
rabban nāsi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta syifā’an
lā yughādiru saqaman.
“Tuhanku, Tuhan manusia,
hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada
yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak
menyisakan rasa nyeri.”
Amin amin ra robaal
‘alamin
Semoga pandemi COVID19 segera berlalu.
Rujukan
1. Pina Bozzo, Angela
Chua-Gocheco, MD, and Adrienne Einarson, RN. (2011). Safety of skin care
products during pregnancy. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3114665/ pada 22 November 2020.
2. Bondi, CA., Julia L
Marks,J.L, Lauren B Wroblewski, L.B., Raatikainen, H.S., Lenox, S.R., Gebhardt,
K.E. (2015). Human and Environmental Toxicity of Sodium Lauryl Sulfate (SLS):
Evidence for Safe Use in Household Cleaning Products. Environ Health Insights.
2015; 9: 27–32. doi: 10.4137/EHI.S31765
3. Putra, Yudha Manggala
P. (2013). Hindari Sabun Mandi Mengandung 'Sulfactan'. 05 Februari 2013.
Diunduh dari
https://republika.co.id/berita/mhr5h7/hindari-sabun-mandi-mengandung-sulfactan
pada 22 November 2020
4. Raisa, A., Srikandi,
S., & Hutagaol, R. P. (2018). Optimasi Penambahan Madu Sebagai Zat Anti
Bakteri Staphylococcus aureus, Pada Produk Sabun Mandi Cair. Jurnal Sains
Natural, 6, 52–63
5. Awaliyah, Gumanti.,
Dwinanda, Reiny. (2020). Sabun Antiseptik Seperti Apa yang Bisa Bunuh Virus? 11
Februari 2020. Diunduh dari
https://republika.co.id/berita/q5hw2d414/sabun-antiseptik-seperti-apa-yang-bisa-bunuh-virus
pada 22 November 2020
6. Sinaredi, Betadion
Rizki., Pradopo, Seno., & Wibowo, Teguh Budi. (2014). Daya antibakteri obat
kumur chlorhexidine, povidone iodine, fluoride suplementasi zinc terhadap,
Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis. Dental Journal, Volume 47,
Number 4.
7. Baillya, Christian
& Vergotenb, Gérard. (2020) Glycyrrhizin: An alternative drug for the
treatment of COVID-19 infection and the associated respiratory syndrome? Elsevier
Public Health Emergency Collection. Published online 2020 Jun 24. doi:
10.1016/j.pharmthera.2020.107618
8. Adiwibowo, Muhammad
Triyogo. (2020) Aditif Sabun Mandi: Antimikroba dan Antioksidan. 1 Juni 2020.
Diunduh dari https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip/article/view/8397 pada
22 November 2020
Sumber foto
Dokumentasi pribadi, Canva dan sabunsebu.com
Alhamdulillah ya Mas cocok dengan sabun Sebu jadi ruamnya hilang, mending pilih sabun harga mahal tapi berkhasiat ya daripada kulit jadi sakit huhu
BalasHapusIya, dimaklumi karena bahan-bahannya beda dengan sabun biasa
HapusTermasuk jenis sabun yang ramah buat anak-anak ya. Kandungannya juga ramah lingkungan. Tapi emang sih, biasanya sabun dengan bahan-bahan alami harganya lebih mahal, tapi sebanding dengan manfaatnya...
BalasHapusIya, bisa buat anak-anak juga. Cuma si kecil di rumah belum mau pakai karena lebih suka dengan sabun cair
HapusNongkrong cantik di kamar mandi sambil ngopi Kang? Hihihi.. Semoga terus membaik ya gatalnya..
BalasHapusHahaha... bercanda...Intinya jangan langsung disiram air aja
Hapusharganya memang lumayan bikin kejang ya untuk sabun sekecil itu. tapi kalau emmang cocok dan bagus ya mau nggak mau harus beli ya
BalasHapusKudu jadi reseller biar bisa dapat murah
HapusHalo, kak. Salam kenal ya. Ternyata sabun Sebu ini harganya lumayan mahal juga ya. Tapi kalau banyak manfaatnya ya harga mahal tidak apa-apa ya.
BalasHapus