Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m...
Apa
yang membuat seorang perempuan menerima pinangan lelaki dari kelas sosial yang
berbeda? Kenyamanan, kesempurnaan… cinta? Kisah pernikahan Nania dan Rafli
dalam film Cinta Laki-laki Biasa berusaha menjawab pertanyaan itu.
Beda Bibit Bebet Bobot
Nania bersama orang tua dan tiga kakaknya |
Di
perusahaan tempat kerja praktiknya, Nania berkenalan dengan Muhammad Rafli
Imani (Deva Mahenra). Rafli adalah pengawas lapangan atau mandor yang menjadi
mentor Nania. Rafli hanya berpendidikan D3, anak yatim. Ibunya, Titi Sutinah
(Dewi Yull) tinggal di Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sepintas,
tiada yang istimewa dari seorang Rafli. Namun interaksi Rafli dan Nania setiap
hari, membuat Nania tahu, ada yang berbeda dari Rafli. Begitu juga dengan penilaian
Rafli terhadap Nania. Meskipun Nania anak orang berada, Nania tidak manja dan
sok kaya. Meskipun belum berjilbab sebagaimana calon istri impian Rafli, Nania
selalu berpenampilan sopan dan bersikap santun. Keduanya saling menyukai,
meskipun tiada pernah terucapkan.
Latar Belakang Pemilihan Pasangan
Pada
film Cinta Laki-laki Biasa, dari sudut pandang Nania, Rafli memiliki daya tarik
fisik maupun kepribadian. Daya tarik fisik Rafli terlihat saat Nania memandangi
foto Rafli di komputernya, kemudian dikomentari si mbok,”cakep…” kemudian Nania
mengiyakan. Daya tarik Rafli lainnya adalah kepribadian Rafli yang disebut ‘antik’
oleh Nania. Rafli sangat peduli pada buruh bangunan yang mengalami kecelakaan
namun mendapatkan biaya pengobatan yang minim, Rafli melaksanakan shalat di
sela-sela truk besar, kriteria pasangan yang sederhana namun bermakna: shalihat
dan menutup aurat, serta beberapa sikap yang dilihat langsung oleh Nania selama
berada di bawah bimbingan Rafli.
Latar
belakang sosial-budaya, pendidikan, suku, ras, sosial ekonomi, seorang Rafli tidak
selevel dengan Nania, menurut Ibu Nania. Rafli hanya mandor, anak yatim dengan
seorang ibu yang tinggal di pedesaan. Rafli tidak lebih berharga dibandingkan menantu-menantu
dari tiga putrinya. Namun Nania tidak mempermasalahkan hal itu. Ketaatan Rafli
dalam beragama menjadi pertimbangan utama Nania. Maka, ia tidak keberatan
melakukan apa yang menjadi harapan Rafli: shalihat dan menutup aurat. Langkah
nyata yang dilakukan Nania adalah berjilbab menjelang pernikahan dengan Rafli. Hal
itu ditegaskan Nania saat si mbok bertanya apakah Nania sudah mantap menutup
aurat? “Bismillah, Mbok. Nania mau belajar taat sama perintah dan larangan
Allah. Supaya bisa ke surga sama Kang Rafli.” Si Mbok kemudian menutupi kepala
Nania dengan kain lebar.
Nania
dan Rafli menyesuaikan diri bersama setelah Rafli mengajak Nania ta’aruf, kemudian mengikat diri dalam pernikahan. Nania
yang dikenal keras kepala oleh keluarganya, berhasil menjadi istri Rafli
meskipun sang bunda belum sepenuhnya ikhlas menerima keadaan Rafli. Hal itu
terlihat saat Rafli dan Nania menikah, bunda menangis karena tidak rela,
meskipun Ibu Rafli sudah mengucap terima kasih karena bunda mengizinkan Rafli
menikahi Nania.
Ujian-ujian Kehidupan Pernikahan Nania-Rafli
Sulit menemukan resep yang pasti untuk mewujudkan pernikahan yang sukses. Namun Marano (dalam Atwater dan Duffy, 2005) mengumpulkan berbagai hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mendukung kesuksesan pernikahan yaitu:
1. Kemampuan memecahkan masalah secara bersama-sama.
1. Kemampuan memecahkan masalah secara bersama-sama.
2.
Bagaimana pasangan bersenang-senang bersama dan mengingat kembali pengalaman
bahagia tersebut.
3.
Kualitas komunikasi pasangan dalam mengatasi perbedaan dan masalah.
4.
Affective affirmation atau komunikasi mengenai bagaimana pasangan saling
mencintai dan sikap menerima pasangan tanpa syarat.
5.
Kemampuan empati untuk memahami perasaan pasangan, keseimbangan antara waktu
yang dihabiskan bersama dan sendiri, hubungan seksual yang memuaskan dan
keinginan bersama untuk melakukan penyesuaian.
Berdasarkan lima faktor di atas komunikasi, manajemen konflik dan keintiman merupakan faktor penting untuk mewujudkan pernikahan yang bahagia.
Berdasarkan lima faktor di atas komunikasi, manajemen konflik dan keintiman merupakan faktor penting untuk mewujudkan pernikahan yang bahagia.
Setelah 60 menit dari total durasi 107 menit film Cinta Laki-laki Biasa, kita akan melihat bagaimana
kakak-kakak Nania kewalahan menghadapi dan memecahkan masalah rumah tangganya. Ranti (Dewi
Rezer), kakak pertama, berusaha bunuh diri ketika suaminya (Agus Kuncoro) ditangkap
KPK karena kasus suap. Ina (Fanny Fabriana), kakak kedua jarang bersama sang
sumi (Uli Herdinansyah) sebab sang suami katanya sibuk mengurus bisnis padahal
berselingkuh dengan perempuan lain. Wiwid (Donita), kakak ketiga, dan suaminya (Adi
Nugroho) menghadapi masalah dalam mendidik anak. Padahal suami Wiwid berprofesi
sebagai psikolog ternama. Wibawa mantu-mantu ideal menurut standar sang bunda
runtuh satu persatu.
Berikutnya,
pernikahan Nania-Rafli yang mendapat ujian. Nania mengalami kecelakaan saat
menuju rumah Ranti yang akan bunuh diri. Nania lumpuh dan hilang
ingatan jenis retrograde amnesia. Nania
tidak bisa mengingat masa lalu sebelum kecelakaan terjadi. Ia tidak mengenal
suami, anak, keluarga dan sahabatnya. Nania justru lebih mengingat dokter yang
merawatnya, Tyo Handoko. Inilah ujian berat bagi Rafli sebagai suami.
Cobaan menguji ikatan cinta Nania dan Rafli |
Inpirasi untuk Penonton
Saat
menonton film Cinta Laki-Laki Biasa ini, saya bisa berempati pada posisi Rafli
sebagai suami dan ayah, juga menantu yang kurang dipandang oleh mertua dan
kakak-kakak ipar, kedukaan atas musibah sang istri dan kerepotan mengurus dua
anak sendirian. Pada beberapa adegan Rafli menangis, pipi saya ikut basah!
Salah satu adegan itu saat Nania sadar dan bertanya siapa Rafli. Ekspresi tokoh
Rafli dan ilustrasi musik yang menyayat turut menyulut emosi sedih, saya.
Bagi
penonton lain mungkin bisa mendapat hikmah dan ilham yang berbeda dengan saya
setelah menonton film Cinta Laki-laki Biasa. Untuk para orang tua yang memiliki
anak seusia Rafli dan Nania dan para calon mertua mungkin bisa berpikir ulang tentang
calon menantu. Bahwa ukuran bebet, bibit, bobot, tidak selalu membawa
kebahagiaan dalam pernikahan anak-anak muda. Untuk para lajang yang galau
menentukan pasangan hidup, keputusan Nania dan Rafli untuk menerima keadaan
satu sama lain barangkali bisa memantapkan. Bagaimana dengan penonton
anak-anak?
Kiri ke kanan: Guntur Soeharjanto, Koko Nata, Asma Nadia, Deva Mahenra, Yama Carlon |
Secara
keseluruhan, film Cinta Laki-laki Biasa Menghibur dan memberikan gambar-gambar
yang cukup menyenangkan mata. Hanya saja, saya berharap, tidak satupun penonton
yang mencontoh goresan nama Rafli dan Nania di pohon. Tidak ada adegan Rafli
menyayat kulit pohon untuk menggoreskan namanya secara langsung. Namun nama
Rafli dan Nania tergores jelas di pohon yang menjulang di kebun teh. Lebih dari itu, semoga banyak kebaikan yang
kita bawa pulang usai menonton film Cinta Laki-Laki Biasa.
Wah, menarik nih filmnya, gemes penasaran dengan endingnya. Uhuy keren nih review pakai teori psikologi :)
BalasHapus