Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m...
Gambaran Pesantren untuk Anak di Film Pesantren Impian
Beberapa
penonton kecewa dengan film Pesantren Impian yang tidak memberikan gambaran tentang
pesantren seperti dalam bayangan mereka. Berikut sedikit ulasan tentang cerita film
Pesantren Impian yang berlatar pesantren di sebuah pulau kecil.
Kisah 10 Gadis di Film Pesantren Impian
Film
Pesantren Imipan mengisahkan tentang kehidupan 10 perempuan yang memiliki masa
lalu kelam jika dipandang dari syariat Islam. Mereka diundang secara khusus
untuk belajar mengubah hidupnya di satu pesantren pulau terpencil. Tempat mereka belajar bernama Pesantren Impian.
Pesantren itu dikelola oleh Gus Budiman (Dedi Sutomo) dan asistennya yang bernama Umar (Fachri Albar), pasangan ustad-ustazah, seorang pembantu umum dan seorang pembantu urusan dapur.
Di
antara 10 perempuan tersebut, menyusuplah Briptu Dewi (Prisia Nasution), seorang polisi
wanita yang tengah menyelidiki kasus pembunuhan di satu hotel. Pihak kepolisian
menduga, si pembunuh ada di antara para undangan Pesantren Impian itu. Tak
disangka, terjadi teror di Pesantren Impian. Satu persatu, santriwati dibunuh
dengan benang merah, korban selalu bertemu Umar untuk terakhir kalinya. Saat
pelaku pembunuhan di hotel Jakarta telah terungkap, korban tetap jatuh, sampai
akhirnya Ustazah Hanum pun ikut menjadi korban pembunuhan.
Perempuan-perempuan
yang masih hidup ingin pulang. Namun kondisi perairan di sekitar pulau, tidak
memungkinkan untuk berlayar. Semua orang di Pesantren Impian terjebak, dicekam
ketakutan. Siapa pun, tanpa kecuali dapat menjadi korban pembunuhan yang
dilakukan oleh seseorang yang belum diketahui identitasnya. Film Pesantren
Impian ini disutradarai oleh Ifa Ifansyah yang pernah menjadi sutradara film
Pendekar Tongkat Emas, Garuda di Dadaku dan sekian film yang sudah tayang di
bioskop tanah air.
Memperdebatkan Definisi Pesantren di Film Pesantren Impian
Menurut
asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang mendapat imbuhan awalan
”pe” dan akhiran ”an” yang menunjukkan tempat, sehingga bermakna tempat para
santri. Pesantren juga sering dianggap gabungan dari kata ”santri” (manusia
baik) dengan suku kata ”tra” (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat
diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik (Zarkasy, 1998).
Bangunan Pesantren Impian saat proses syuting |
Menurut
Madjid (1997) santri itu berasal dari perkataan ”sastri” sebuah kata dari bahasa
Sansekerta, yang artinya melek huruf, dikonotasikan dengan kelas literary bagi orang jawa karena santri
mendapatkan pengetahuan tentang agama dari kitab-kitab yang bertulisan bahasa
Arab. Asumsinya santri adalah orang yang
tahu tentang agama melalui kitab-kitab berbahasa Arab dan atau paling tidak
santri bisa membaca Al Qur'an, sehingga memiliki pengetahuan yang cukup tentang
agama Islam. Perkataan santri juga dapat berasal dari bahasa Jawa ”cantrik”
yang berarti orang yang selalu mengikuti guru kemana guru pergi menetap
(istilah pewayangan). Tujuannya agar ia dapat belajar dari sang guru mengenai
keahlian tertentu.
Di
Indonesia, pesantren juga dikenal dengan tambahan kata pondok yang dalam arti
kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan
kesederhanaan bangunan. Pondok juga berasal dari bahasa Arab ”FundÅ©q” yang
berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti tempat
tinggal yang terbuat dari bambu (Zarkasy, 1998). Berdasarkan gabungan kata itu istilah
pondok pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau kawasan tempat para santri
belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji.
Umumnya kawasan itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil yang sederhana.
Jika
mengacu kepada definisi tersebut dan melihat film Pesantren Impian, kita akan
mendapati Pesantren Impian sebagai kawasan khusus untuk belajar agama Islam.
Pesantren Impian memiliki gapura dengan beberapa bangunan untuk shalat,
belajar, dan beristirahat. Semua bangunan yang difungsikan untuk shalat,
belajar, dan beristirahat di Pesantren Impian itu sederhana. Sepeluh perempuan
belajar di ruang kelas layaknya kantor biasa, shalat di bangunan semacam surau,
dan tidur berdua-dua di kamar-kamar yang tidak begitu luas namun cukup lega.
Pengalaman
dan wawasan seseorang tentang pesantren mungkin memengaruhi gambaran tentang
pesantren. Bahwa pesantren haruslah memiliki santri dan santriwati ratusan
bahkan ribuan serta puluhan staf pengajar. Pesantren yang sering dipublikasikan
media massa juga umumnya melaksanakan pendidikan setingkat SD sampai SMA. Kita
masih jarang menerima publikasi pesantren khusus orang-orang di luar jenjang
pendidikan itu. Faktanya, di Indonesia terdapat banyak macam pesantren.
Misalnya saja pesantren mahasiswa yang dilakoni mahasiswa usai kuliah atau
selepas jam belajar di kampusnya.
Memotivasi Anak Masuk Pesantren dengan Film Pesantren Impian
Lembaga
Sensor Film memberikan rating 13+ untuk film Pesantren Impian tertanggal 24
Februari 2016. Merujuk pada perkembangan kognitif yang diungkapkan Piaget, pada
usia 13 tahun, anak-anak telah berada pada perkembangan kognitif operasional
formal. Artinya anak telah dapat berpikir kompleks dan abstrak seperti orang
dewasa. Perkembangan kognitif operasional formal merupakan tahap akhir dari
perkembangan berpikir manusia menurut Piaget. Setelah operasional formal, belum
ada perkembangan lebih lanjut lagi.
Kisah
film Pesantren Imipan cukup kompleks, menegangkan, dan menawarkan teka-teki, sudah
bisa dinikmati anak-anak SD kelas V atau anak yang berusia 11 tahun. Pada usia
tersebut, mereka biasanya telah memasuki tahap kognitif operasional formal
Piaget itu. Namun alangkah bijak jika orang tua menonton film Pesantren Impian
terlebih dahulu, baru kemudian memutuskan, tepatkah mengajak anaknya menonton
film ini?
Film
Pesantren Impian hanya memberikan satu gambaran pesantren dari sekian banyak
pesantren di Indonesia. Mungkin saja anak menjadi khawatir jika harus
bersekolah di pesantren seperti Pesantren Impian yang terpencil, memiliki
fasilitas terbatas, bahkan aliran listrik dibatasi sampai jam 21.00 saja. Untuk
tujuan motivasi masuk pesantren, film Negeri 5 Menara mungkin lebih tepat. Kalau
pun anak yang ingin masuk pesantren menonton Film Pesantren Impian, apa yang
tersaji dalam film adaptasi novel Asma Nadia ini seharusnya menjadi bahan
diskusi menarik antara orang tua dan anak sepulang dari bioskop.
Film Pesantren Impian adalah Film Thriller
Film
horor adalah film yang berusaha membuat penonton ketakutan. Hantu-hantu dan
legenda urban yang berkaitan dengan makhluk aneh kerap disajikan. Film Jelangkung
(2001), Kuntilanak (2006), dan Pocong (2006) adalah sedikit contohnya. Film
thriller berusaha membuat penonton tegang dan mencekam. Kisahnya seputar
misteri, pembunuhan dan cerita yang membuat sport
jantung. Rumah Dara (2010), Badoet (2015), dan Midnight Show (2016) adalah
contoh film Thriller Indonesia yang sudah beredar.
Proses syuting Pesantren Impian |
Film
Pesantren Impian menceritakan kisah seputar pembunuhan di pesantren. Namun lima
kasus pembunuhan yang terjadi, tidak menghadirkan adegan kekerasan terhadap
korban yang dihilangkan nyawanya secara langsung. Penonton hanya melihat korban
meronta dibalik gorden, diseret ke bawah tempat tidur serta adegan pembunuhan
di kegelapan dan tampilan korban setelah tidak bernyawa lagi. Tidak ada adegan
badan ditusuk benda tajam atau darah segar muncrat. Kengerian yang dihadirkan
sejatinya hanya efek suara dan permainan cahaya di kegelapan saja. Tidak ada
hantu atau makhluk gaib di Pesantren Impian. Maka film berdurasi 90 menit ini
dapat dikategorikan sebagai film thriller bukan horor.
Anak-anak
yang terbiasa membaca novel horor anak seperti seri Spooky Stories (Nourabooks)
atau Dark Fantasteen (DAR! Mizan) mungkin bisa menikmati ketegangan di film
Pesantren Impian ini. Mengingat adegan
horor dan mencekam sudah sering mereka dapatkan dari novel-novel itu. Namun
orang tua tetap harus menemani, sebab (sekali lagi) semua yang tersaji dalam
film Pesantren Impian dapat menjadi bahan diskusi yang menarik dengan seluruh
anggota keluarga, termasuk anak-anak.
Film
Pesantren Impian merupakan usaha sebagian insan film yang ingin menyajikan
hiburan alternatif bagi umat Islam. Apa yang disajikan dalam film Pesantren
Impian pastilah tidak dapat memenuhi harapan seluruh penonton film tanah air.
Namun jika film ini berhasil menjaring banyak penonton, ketertarikan rumah
produksi untuk menghasilkan film dengan standar Pesantren Impian menjadi lebih
banyak lagi. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti film-film Indonesia yang
islami dapat menjadi box office d
negara lain, sebagaimana film Holywood saat ini.
Rujukan
Madjid, Nurchalis., (1997). Belik-Belik Pesantren
Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina
Zarkasyi, Abdullah Syukri., (1998) Langkah
Pengembangan Pesantren, dalam Abdul Munir Mulkhan, (eds) Rekontruksi Pendidikan
dan Tradisi Pesantren Religiusitas Iptek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baca resensinya jadi penasaran dengan gambaran pesantrennya.
BalasHapusAyo, nonton, Mbak ^_^
Hapusselalu sajiannya begitu indah mengalir. Mas koko selalu menambahkan info-info baru yang sayang dilewatkan. nice post and nice blognya.
BalasHapusTerima kasih sudah mampir, Erna
Hapuskeren banget deh ulasannya koko, lengkaaap...film ini memang bukan untuk perkenalan pesantren pada khalayak jadi kalau ada yang mengharap begitu ya kecewa :)
BalasHapusUlasan Mas Koko selalu meninggalkan ilmu. :)
BalasHapusSeneng banget nemu blognya Mas Koko. Sekian.
BalasHapusTtd,
Mantan penggemar. Etapi masih deh. Eeaaaa...
Wah... ^_^ Terima kasih sudah berkunjung
Hapus