Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m...
Sepenggal Kisah Tjokroaminoto
Film Tjokroaminoto dibuka dengan adegan introgasi Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto (Reza Rahadian). Dua tentara Belanda memaksa Tjokro mengakui bahwa ia dalang berbagai gerakan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Tjokro menepis tangan tentara itu. Tjokro menyebutkan nama kakek dan jumlah pengikut Serikat Islam dengan mata tajam penuh percaya diri. Selanjutnya, alur cerita mundur ke masa belia Tjokro, saat Tjokro masih usia SMA. Tjokro muda (Christoffer Nelwan) memergoki seorang lelaki memarahi pekerjanya yang berusia Tjokro dengan menggunakan bahasa Belanda. Pengalaman itu tampaknya membuat Tjokro dendam. Muncul adegan Tjokro melempari siswa berperawakan orang Belanda dengan kapur sehingga ia dihukum gurunya.
Masa belia Tjokro segera berganti. Tjokro tumbuh dewasa. Ia menikah dengan Soeharsikin (Putri Ayudya) dan bekerja di perusahaan perkebunan. Saat Tjokro sedang mengetik, seorang petinggi di perusaan itu yang berasal dari Belanda marah dengan lelaki yang bekerja sebagai pelayan di sana. Si petinggi Belanda itu marah karena pelayan memberikan minuman tanpa sarung tangan. Si petinggi Belanda khawatir kuman-kuman penyakit yang mungkin ada di tubuh pelayan menjangkiti dirinya sehingga ia tertular dan terkapar sakit. Berbagai kalimat yang merendahkan kaum pribumi terlontar dari mulutnya. Si petinggi memaksa pelayan memegang poci teh yang panas agar kuman-kuman di tangannya mati. Tjokro geram. Ia menuangkan teh ke cangkir si petinggi hingga penuh dan mengatakan bahwa Belanda harusnya berterima kasih pada kaum pribumi yang menyediakan sumber daya alam untuk dibawa ke Belanda. Tjokro dipecat.
Pemecatan Tjokro membuat Mangunkusumo (Sujiwo Tedjo) marah. Tjokro diam saja menghadapi kemarahan mertuanya itu. Tjokro memutuskan untuk hijrah, meninggalkan istrinya yang terngah hamil bersama mertuanya. Gerak langkah Tjokro dimulai. Selanjutnya penonton akan mendapat petunjuk lokasi dan tanggal kejadian di beberapa pergantian adegan. Satu persatu tokoh-tokoh yang pernah kita temui akan muncul sebagai anak kos di rumah Tjokro. Mereka adalah Koesno yang merupakan nama kecil Soekarno, Agus Salim, Muso dan banyak lagi.
Penonton Bosan
Saya menonton film ini karena diajak oleh 'kakak saya' Kang Irfan pada malam minggu saat kami sama-sama menginap di Depok. Sebelumnya belum terniat menonton film ini meskipun sudah pernah melihat posternya bermunculan di media sosial. Dugaan saya film Tjokroaminoto adalah film yang dibuatkan berdasarkan sejarah kehidupan Tjokroaminoto. Pelajaran sejarah bukan favorit saya semasa sekolah. Mengingat tanggal dan detil tertentu dalam sejarah itu seringkali mengesalkan. Namun dua kata Guru Bangsa yang tersemat sebelum nama Tjokroaminoto cukup menarik perhatian saya. Semoga filmnya tidak membosankan, itu harapan saya saat menempati kursi empuk bioskop.
Bioskop 21 Plasa Depok, tempat saya menonton film ini, cukup ramai dipenuhi penonton. Sekitar 2/3 kursi ditempati oleh penonton usia dewasa muda. Namun pada saat film berlangsung sekitar 6-8 orang terlihat meninggalkan kursi secara berpasangan. Kemungkinan mereka keluar bukan untuk pergi ke toilet. Saya sempat menduga, bosankah mereka dengan alur cerita film ini? Mungkin saja.
Durasi film cukup lama, sekitar 160 menit. Setelah 1 jam tayang, cerita film memang tidak begitu dramatis seperti di awal cerita. Berbagai peristiwa yang bergerak karena peran Tjokro muncul silih berganti, dengan sesekali menampilkan tokoh Stella (Chelsea Islan), gadis peranakan Belanda dan Bali yang sering bertanya pada Tjokro. Stella seolah menjadi bunga penghias adegan para kumbang yang beterbangan. Selain Stella ada tokoh Bagong yang kerap muncul bersama gadis cantik itu. Tokoh penjual kursi juga menghadirkan humor satir dalam film ini. Sisipan tokoh Stella, Bagong, dan penjual kursi dalam kisah sejarah Tjokro seharusnya cukup menghibur penonton. Namun untuk penggemar film yang menampilkan kisah dan adegan dramatis, film Tjokro mungkin agak membosankan.
Stella dan Bagong, dua tokoh fiktif dalam sejarah Tjokroaminoto |
Durasi film cukup lama, sekitar 160 menit. Setelah 1 jam tayang, cerita film memang tidak begitu dramatis seperti di awal cerita. Berbagai peristiwa yang bergerak karena peran Tjokro muncul silih berganti, dengan sesekali menampilkan tokoh Stella (Chelsea Islan), gadis peranakan Belanda dan Bali yang sering bertanya pada Tjokro. Stella seolah menjadi bunga penghias adegan para kumbang yang beterbangan. Selain Stella ada tokoh Bagong yang kerap muncul bersama gadis cantik itu. Tokoh penjual kursi juga menghadirkan humor satir dalam film ini. Sisipan tokoh Stella, Bagong, dan penjual kursi dalam kisah sejarah Tjokro seharusnya cukup menghibur penonton. Namun untuk penggemar film yang menampilkan kisah dan adegan dramatis, film Tjokro mungkin agak membosankan.
Wajib Nonton
Secara
keseluruhan film ini cukup menghibur dengan hadirnya aktris dan aktor yang
tengah naik daun juga para senior. Reza Rahadian, Ibnu Jamil, Chelsea
Islan, Deva Mahendra, Tanta Ginting, Alex Abbad, Maia Estianty adalah nama-nama yang bisa
menarik minat menonton anak muda. Sedangkan Didi Petet, Alex Komang,
Christine Hakim, Sujiwo Tedjo menjadi semacam jaminan bahwa film ini akan menyuguhkan acting yang baik. Saya menyaksikan sendiri melalui tayangan filmnya, pemain-pemain film Tjokroaminoto itu memang berusaha total dalam emmerankan tokoh-tokoh sejarah bangsa Indonesia.
Deva Mahendra sebagai Soekarno muda (sumber wowkeren.com) |
Sebagian
kisah dalam dalam Guru Bangsa; Tjokroaminoto memang fiksi, seperti tokoh
Stella, Bagong, dan penjual kursi. Namun kisah-kisah lainnya dibuat berdasarkan
penelitian. Menurut Christine Hakim pada acara premiere film ini yang dilansir
detik.com (31/3) penulisan cerita ‘Guru Bangsa Tjokroaminoto' dirangkai dengan
bantuan konsultan sejarah, data dari berbagai literatur, salah satunya berasal
dari Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto. Sebagian orang mempertanyakan
ketiadaan tokoh Kartosuwiryo
dan Tan Malaka. Garin Nugroho, sang sutradara pada acara yang sama menjelaskan
bahwa dua tokoh tersebut belum terhubung dengan Tjokroaminoto pada masa 1890-1921
yang menjadi latar waktu pada film itu.
Selain mendapat suguhan gambar-gambar yang indah, penonton juga akan diingatkan kembali pada makna hijrah yang kerap menjadi perenungan Tjokroaminoto. Film ini bisa menjadi materi belajar sejarah untuk siswa SMP-SMA, selain mempelajari sejarah dari buku dan ceramah guru. Terlebih ada bintang-bintang muda yang tengah disukai remaja di film itu.
saya mahasiswa Sejarah, tapi belum nonton filmnya. payah. haha
BalasHapusAyo nonton, Lina. Di Youtube kayaknya sudah ada yang unggah ^_^
Hapusoalah, iya kah? hihihi... Mas Koko tau aja kalau saya lebih suka nonton via you tube dibanding ke bioskop :D
BalasHapusSaya juga suka nonton di Youtube :-D
Hapus