Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m...
Seorang penulis belia mendapat tawaran menulis ulang kisah hidup penulis
lain yang telah tiada. Bukan honor atau kesenangan yang ia terima di muka. Teror
demi terorlah harus dihadapinya. The Author’s Terror telah dimulai
Cerita The Author’s Terror
Nesse Louis, penulis berusia 15 tahun. Suatu
hari, Kak Petra, editor di satu penerbit mengundang Nesse datang ke kantornya.
Nesse dipercaya untuk menulis ulang kisah hidup Nyson Anne, penulis terkenal
era 1970-an. Nesse harus menulis seolah-olah dia sendirilah Nyson Anne yang
mengisahkan kembali kisah hidupnya. Nesse menerima tawaran itu. Keputusan Nesse
itu menjadi awal serangkaian teror yang harus dihadapinya di kemudian hari.
Pada saat Nesse mulai menulis kisah hidup
Nyson, ia tertidur dan mengalami mimpi buruk. Nesse melihat sekelompok orang
membakar rumah yang berisikan seorang wanita muda. Wanita itu terbakar
hidup-hidup. Rasa panas dari kobaran api dalam mimpinya itu Nesse rasakan juga.
Mimpi buruk itu kemudian diikuti dengan sosok hitam pekat yang membuntuti Nesse
dan sahabatnya Zoela saat bermain di Snow World. Nesse merasakan kembali hawa
panas, meskipun di Snow World sangat dingin. Zoela heran dengan Nesse yang
kepanasan di arena bermain salju. Sosok hitam itu terus saja mengikuti Nesse.
Nesse menyimpulkan kejadian-kejadian aneh yang
menimpanya berkaitan dengan naskah Nyson Anne. Nesse mencari informasi kematian
Nyson. Kak Petra mengungkapkan bahwa Nyson Anne wafat karena kebakaran yang
disengaja. Satu buku Nyson Anne mengungkapkan rahasia besar penduduk di tempat
tinggalnya. Sekelompok orang marah dan akhirnya membakar rumah Nyson. Nyson
sendiri masih berada di dalam rumah. Kemiripan akhir hayat Nyson itu dengan
mimpi Nesse menguatkan dugaannya, namun Kak Petra meminta Nesse tidak
mengaitkan naskah dan teror yang menimpanya. Nesse pun meneruskan proyek
tulisan kisah hidup Nyson Anne. Ia baru berhenti menulis ketika arwah Nyson
bersemayam di komputer Nesse. Selanjutnya Nesse melawan. Teror arwah Nyson terhadap dirinya harus diakhiri.
Keganjilan The Author’s Terror
Novel Spooky Series berjudul The Author’s
Terror karya Isna Meiriska ini kisahnya sederhana. Penulis mendapat teror dari
arwah penulis lain. Hanya saja logika cerita agak ganjil. Kenapa Nesse yang mendapat
teror dari arwah Nyson? Bukankah kematian Nyson tidak ada sangkut pautnya
dengan Nesse?
Di halaman 48, Isna menuliskan dialog antara Nesse dan arwah Nyson. “Tak ada yang beloh lebih terkenal dariku! Jika kau masih melakukan itu, kau harus merasakan semua yang kurasakan. Sampai mati sekalipun!”
Nyson mengucapkan kalimat itu melalui layar
komputer sambil menyalurkan rasa sakit kepada Nesse. Begitu Nesse memecahkan
layar komputer, penampakan Nyson dan rasa sakitnya hilang. Jadi teror Nyson
kepada Nesse tidak terkait kematiannya. Arwah Nyson meneror Nesse hanya karena
Nesse menulis ulang kisah hidupnya. Itu saja.
Teror arwah Nyson ini agak bertentangan dengan
logika sebab akibat kisah horor dalam film atau novel horor lainnya. Pada umumnya,
film atau novel horor mengisahkan arwah bergentayangan karena menuntut balas
atas kematiannya atau guna menyelesaikan misi semasa hidupnya dahulu. Isna
menggunakan logika yang berbeda di novel The Author’s Terror. Apakah Isna
sengaja karena ingin memberikan cerita yang berbeda kepada pembaca? Mungkin saja.
Di bagian epilog novel The Author’s Terror setebal 130 halaman ini, pembaca
akan mendapat penjelasan lengkap tentang kematian Nyson.
Seramnya The Author’s Terror
Sebagai novel horor, The
Author’s Terror sudah berusaha membuat pembaca merinding. Isna menggambarkan
rupa arwah Nyson dengan cukup detil.
Wajah itu hitam dengan mata merah pekat. Salah satu matanya hampir jatuh ke bawah. Rambutnya tak berbentuk, dan kedua telinga sudah tak ada. (Halaman 46).
Teror arwah Nyson Anne |
Contohnya anak kecil yang sedang menuju
rumahnya setelah berbelanja dari warung pada malam hari, bisa sangat ketakutan
hanya karena melihat kucing hitam sekilas saja. Kegelapan malam menyembunyikan
sosok kucing. Hanya mata kucing yang terlihat. Mata kucing itu mengingatkan si
anak pada monster bermata kucing dalam sebuah film, sehingga ia ketakutan.
Takut bukan selalu masalah ada tidaknya hantu. Inilah yang perlu digali oleh
penulis-penulis belia lain pada kisah horor sejenis.
Latar
tempat juga masih perlu mendapat perhatian. Berdasakan nama-nama yang
digunakan, pembaca mungkin menduga latar tempat novel ini berada di luar
negeri. Terlebih nama Nyson Anne, si arwah, sama sekali tidak terdengar
Indonesia. Pada novel The Author’s yang terbit Mei 2014 ini, Isna tidak memberikan
petunjuk di mana teror demi teror terjadi. Padahal latar merupakan unsur
intrinsik dalam fiksi yang sering disebut-sebut oleh guru sastra dan bahasa
Indonesia kita di sekolah, kan?
Komentar
Posting Komentar